Text
Radikalisme dan Kebangsaan : Gerakan Sosisal dan Literatur Organisasi Keagamaan Islam
Kasus "penistaan agama" terkait ungkapan salah satu calon Gubernur DKI Jakarta telah menimbulkan kegaduhan di masyarakat, kegaduhan yang menasional. Kegaduhan ini dapat dibaca sebagai benturan pemahaman keagamaan. Ini termasuk fenomena keberagamaan baru di Indonesia, di mana pada masa lalu perbedaan pendapat tidak sampai menimbulkan pertentangan di ruang-ruang publik. Di titik ini nampaknya kita bisa membaca ada radikalisasi
pemahaman keagamaan, pendapat yang diklaim paling benar oleh pengikutnya dipaksakan untuk diterima oleh orang lain, sekaligus dengan keras menolak pandangan orang lain yang berbeda. Pasca perang dingin Amerika serikat dengan Unisovyet, Samuel P. Huntington (1996) dalam bukunya "The Clash of Civilization and Remarking of World Order" mengemukakan tesis akan adanya benturan peradaban, antara peradaban Barat dan Timur, termasuk Islam di dalamnya. Menurutnya, konflik di dunia pasca perang dingin bukanlah bersumber pada ideologi atau ekonomi, tetapi budayalah yang akan menjadi faktor pemecah-belah umat manusia dan sumber konflik yang dominan. Tesis ini menimbulkan polemik, dan walaupun banyak tanggapan yang menolak tesis Huntington tersebut, tesis tersebut seakan-akan menemukan momentumnya pada peristiwa terorisme 11 September 2001.Benturan pemahaman keagamaan yang sering menjadikan kegaduhan sosial di masyarakat Indonesia dewasa ini, akankah menjadi pembenar atas tesis Huntington tersebut? Jika radikalisme
mengejawantah dalam sistem nilai, sistem ide, dan sistem perilaku umat beragama, maka "benturan peradaban" keagamaan akan terjadi. Ironisnya, itu terjadi di tanah air Indonesia ini. Beberapa peristiwa seperti konflik amtarumat beragama, antar kelompok sesama umat Islam yang berbeda pandangan, hingga kasus terorisme mestinya mendoronsegenap elemen bangsa ini untuk mewaspadai merasuknya radikalisme ke dalam pemahaman dan sikap keagamaan bangsa Indonesia.
Tidak tersedia versi lain