Text
Peran Kementerian Agama Dalam Mitigasi Bencana Alam di Sumatera Barat
Buku ini memaparkan Sumatera Barat sebagai salah satu di antara daerah yang mempunyai koleksi naskah yang cukup banyak dan mempunyai keunikan yang berpadu dengan kearifan lokal. Beberapa di antaranya ialah naskah tentang gempa dan banjir sebagaimana yang diutarakan di bawah. Naskah berkaitan dengan gempa lebih banyak bersifat prediksi terhadap fenomena yang akan terjadi setelah peristiwa gempa. Prediksi tersebut diberi judul dengan takwil yang secara bahasa bermakna "memalingkan dari makna asal." Istilah lain yang digunakan ialah tafsir (pemahaman), namun istilah ini jarang dijumpai dalam literatur ilmiah. Dengan kekayaan tradisi dan budaya yang terdapat di Sumatera Barat membuat teks naskah gempa terlihat lebih hidup. Terdapat dua hal yang cukup dominan di daerah ini, yaitu adat dan syarak (agama). Masing-masing telah menemukan pijakan yang kokoh di tengah masyarakat, bahkan menjadi identitas yang tidak bisa dipisahkan. Teks gempa hadir di tengah masyarakat yang secara kental memakai adat Minangkabau. Selain itu, ia juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi keagamaan yang kuat. Kenyataan ini membuat naskah gempa, dalam konteks adat dan agama Islam di Minangkabau menarik untuk disimak dalam buku ini. Kenyataan tersebut juga kentara ketika naskah berkaitan dengan gempa yang diperoleh di daerah "darek". Darek yang secara sosial-keagamaan lebih dikenal intelek, ternyata juga menganut tradisi yang selama ini lebih lekat pada masyarakat Pesisir, sebagaimana penelitian naskah gempa sebelumnya. Dalam penelitian Akhimuddin ditemukan kecenderungan penyebaran teks gempa lebih banyak di daerah "rantau", yaitu Pesisir. Teks diproduksi di surau-surau ordo Syattariyah, kemudian menyebar dengan mengikuti jaringan murid-murid Syattariyah di berbagai wilayah. Kehadiran teks gempa itu disinyalir sebagai respon terhadap fenomena gempa yang terjadi akibat patahan lempeng bumi yang terjadi di Laut Pesisir. Namun kemudian, penemuan-penemuan naskah gempa di darek membuat pandangan baru, bahwa teks gempa juga diproduksi oleh surau Naqsyabandiyah yang sering diasosiasikan sebagai lokomotif intelektual agama yang jauh dari hal-hal yang dianggap bid'ah (mengada-ada) dalam agama, termasuk hal yang bersifat ramalan atau prediksi. Pola-pola yang diajarkan dalam tradisi/kearifan lokal inilah yang ingin diungkap melalui kajian tematik manuskrip keagamaan yang digagas dan diprakarsai oleh Puslitbang LKKMO Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, yang sudah dimulai tahun 2017 di daerah Aceh dan Yogyakarta, dilanjutkan dengan kajian filolofis dan teologis di daerah Sumbar, Jawa Barat, Banten, dan NTB pada tahun 2018, dan kemudian tahun ini disempurnakan dengan perspektif folklor, antropologi, dan sosio-historis keagamaan, disertai dengan tawaran yang dapat dilakukan Kementerian Agama dalam penanganan bencana alam di Sumatera Barat.
Tidak tersedia versi lain